Sabtu, 07 Juni 2014
Sabtu, 03 Mei 2014
PSIKOTERAPI
PERBEDAAN
ANTARA KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI
A Persamaan
Psikoterapi dan Konseling
Persamaan antara konseling dan psikoterapi adalah
membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (yaitu,
eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien
dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Keduanya juga
merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku
merusak-diri (self-defeating) pada klien.
B Perbedaan
antara konseling dan psikoterapi
Konseling
Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang
melihat dunia klien. klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara
konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha
untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut. konselor
mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada
individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku,
teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi. konselor bekerja dengan
individu yang normal yang sedang mengalami masalah.
Psikoterapi
Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa
kini individu, klien dianggap sakit mental. klien dianggap sebagai orang sakit
dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya
itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan, Terapis berusaha memaksakan
nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya. Psikoterapis
berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah
diresepkan, terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang
sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.
Adanya pengertian & konsep yang tumpang tindih
antara psikoterapi & konseling yang sulit dihindari, maka dewasa ini kedua
istilah ini seringkali muncul bersama.
Namun secara umum, persamaan & perbedaannya
dapat dilihat sebagai berikut :
Persamaan :
- dasar : teori, metode & data ilmiah yang
telah dikaji secara empirik (observasi, wawancara, test, teori2)
- teknik2 ilmiah : pembicaraan, latihan2
- aturan : biaya, waktu, tempat, alat2,
Perbedaan
Konseling
|
Psikoterapi
|
< intensif
|
> intensif
|
preventif
|
Kuratif / reapartif
|
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
|
Fokus : remedial
|
Setting : sekolah, industri, social work,
|
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
|
Jumlah intervensi <
|
Jumlah intervensi >
|
supportive
|
rekonstructive
|
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
|
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
|
Short term
|
Long term
|
Corsini :
Teknik2 / proses2 secara kualitatif sama, tetapi
secara kuantitatif berbeda
Persentase waktu yang digunakan oleh konselor &
psikoterapis dalam aktivitas profesionalnya :
Proses
|
Konseling
(%)
|
Psikoterapi
(%)
|
listening
|
20
|
60
|
questioning
|
15
|
10
|
evaluating
|
5
|
5
|
interpreting
|
1
|
3
|
supporting
|
5
|
10
|
explaining
|
15
|
5
|
informing
|
20
|
3
|
advising
|
10
|
3
|
ordering
|
9
|
1
|
Sumber:
srini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13996/tespengantr-fix.doc
http://putriapril.wordpress.com/2013/05/07/perbedaan-konseling-dan-psikoterapi/
Rabu, 19 Maret 2014
PSIKOTERAPI
Artikel
1 : Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi adalah
suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan
prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah
laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku
abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai
seorang individu.
pengertian psikoterapi menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
Menurut Wolberg (1954),
psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap
masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih dengan
seksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan,
mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk
menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat.
Menurut Whitaker dan
Malone (1953), psikoterapi adalah semua upaya untuk mempercepat pertumbuhan
manusia sebagai pribadi
Ciri-ciri dari definisi mengenai psikoterapi ini,
seperti penjelasan dibawah ini:
- · Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah
suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata
sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu
rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
- · Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis
menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi teraupetik.
- · Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan
perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-perubahan behavioral,
kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih
penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri
dari fungsi psikologis ini.
- · Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada
tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah
orang-orang yang mengalami masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti
gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau
skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan
skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan.
Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar
tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan
memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua
adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang
bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat
dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan
karir. Kelompok ketiga adalah
orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana
untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana
untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk
mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
Psikoterapi juga
memiliki ciri-ciri yang lain. Psikoterapi membutuhkan interaksi-interaksi
verbal. Bagaimanapun juga, psikoterapi adalah “terapi-terapi bicara”—
bentuk-bentuk interaksi antara klien yang melibatkan pembicaraan. Dalam
interaksi-interaksi itu, terapis yang terampil adalah seorang pendengar yang
penuh perhatian. Mendengar dengan penuh perhatian adalah suatu kegiatan yang
aktif bukan pasif. Terapis mendengar dengan teliti apa yang dialami dan
diusahakan oleh pasien untuk disampaikan oleh psikoterapis.
Psikoterapi-psikoterapi juga melibatkan
kemonukasi-komunikasi nonverbal. Seorang terapis yang terampil, seperti orang
pewawancara yang terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal
dari pasien dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan
perasaan-perasaan atau konflik-konflik yang mendasar. Terapis juga harus
menyampaikan empati melalui kata-kata dan juga gerak isyarat nonverbal, seperti
mengadakan kontak mata dan bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan
perhatian terhadap apa yang dikatakan klien.
Referensi:
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental.
Yogyakarta. Kanisius
Mashudi, F. (2012). Psikologi Konseling. Jogjakarta:
IRCiSoD
http://klikpsikologi.com/pengertian-psikoterapi/
Jumat, 17 Januari 2014
PSIKOLOGI MANAJEMEN
KOMUNIKASI
DALAM MANAJEMEN
A. DEFINISI
KOMUNIKASI
Berikut adalah pengertian
Komunikasi menurut para ahli :
1. Raymond
Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator
2. Bernard
Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi,
gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol,
kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb
3. Colin
Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi
dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan
yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Dari beberapa pengertian
komunikasi, dapat disimpulkan, komunikasi (communication) Komunikasi ialah
proses menyalurkan informasi, ide, penjeleasan, perasaan, pertanyaan dari orang
ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara
orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok tersebut.
B. PROSES
KOMUNIKASI
Komunikasi
memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan
bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin
selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur,
sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi,
sehingga Rogers (1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan
berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan
tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna meralisir
gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya
kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam
organisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan
dan pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Handoko, 2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja
yang mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)
Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan
sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Paling kurang ada tiga alasan
utama mengapa manajemen itu dibutuhkan. Pertama : Untuk mencapai tujuan.
Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dan pribadi; kedua
: 2
Untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti
pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat
kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. Ketiga : Untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan
efektivitas. B. Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam organisasi adalah
: Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para
karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam
rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak
efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para
manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui
mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan
dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses
Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.
Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian
memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan
mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo
dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar
waktu seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka
atau melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf,
langganan dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo,
surat dan laporan-laporan.
C. HAMBATAN
KOMUNIKASI
Di dalam komunikasi selalu ada
hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga
informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti
dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus
Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu
adalah ;
1. Status effect
Adanya
perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor
semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi
seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab
kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan
demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual
distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada
diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan
yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan
lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan
bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda
di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya
tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis
makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan
ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan
atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication
channels
Adalah
gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone
yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada
pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak
dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan
tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi
satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu
gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut
para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak
peduli dengan gagasan seorang manajer.
D. DEFINISI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL EFEKTIF
Banyak
faktor yang mempengaruhi efektvitas komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
pembuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas
hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu Hardjana (2003)
dalam Suranto (2011).
Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila
memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu pesan yang dapat diterima dan dipahami
oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator, ditindak-lanjuti dengan
perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
Pengertian
yang sama terhadap makna pesan
Salah
satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan
efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan
makna pesan yang diterima oleh komunikan.
Pada tataran empiris, seringkali
terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna
pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Melaksanakan
pesan secara suka rela
Indikator
komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan
perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan
komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi
interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara (tidak
superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan
mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut. Komunikasi
interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat
dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan sebagai
suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang melakukan
komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat dilihat dari
bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan adil, bagaimana
ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga perasaan dan harga
diri orang lain.
Meningkatkan
kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas
dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif
terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang
saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga
merasa perlu untuk memelihara hubungan antarpribadi. Seringkali orang tidak
menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang
beranggapan bahwa yang terpenting adalah modal kekuasaan dan modal material.
Kalau dua modal itu berada ditangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan
berpihak kepadanya.
E. KOMUNIKASI
INTERPERSONAL EFEKTIF DALAM ORGANISASI
Komunikasi interpersonal efektif
adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi,
mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan
cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang
dengan efek umpan balik secara langsung.
Komunikasi interpersonal efektif
dalam organisasi yang mencakup componential & situational, yaitu :
Komunikasi dalam organisasi atau
perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan
atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan
(downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication), maupun
antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara
sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman
suatu pengertian (meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif
menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi
secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada orang
lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek
umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan
yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel
(saluran), kemudian diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif
dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar
pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua
orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung
disekitarnya.
SUMBER
Applbaum, Ronald L, 1974,
Strategies for Persuasive Communication, Charles E. Merril Publishing Company,
Columbus, Ohio. Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung. Handoko,
T. Hani, 2003, Manajemen, BPFE,Jogyakarta Muhammad, Arni, 1995, Komunikasi
Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta. Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi,
Citra Aditya Bakti, Bandung. Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga,
Jakarta
one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/teknik-komunikasi/komunikasi-massa
Langganan:
Postingan (Atom)