1.
Arti
penting stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
a)
Faktor
– faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress
Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Faktor
Sosial
Keluarga.
Faktor yang menyebabkan stress dari keluarga misalnya adalah terjadi kesalahan
pada pola asuh yang diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi yang tidak
sesuai harapan serta adanya tradisi juga filsafat keluarga yang dianggap tidak
sejalan dengan filsafat individu.
Lingkungan. Peristiwa alam seperti
gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor secara langsung akan membuat seseorang
mempunyai tegangan tinggi dalam dirinya, apalagi orang tersebut menjadi korban
bencana tersebut. Gaya hidup yang modern juga membuat orang mudah terkena
stress.
Dunia Kerja. Tugas yang menumpuk yang harus dikumpulkan
besok, tugas yang jumlahnya sedikit namun tingkat kesulitannya tinggi,
kecelakaan dunia kerja serta kemonotonan pekerjaan adalah stressor yang berasal
dari dunia kerja yang mampu membuat orang mengambil keputusan untuk mengakhiri
hidupnya.
b)
Efek – efek stress menurut hans
selye
Menurut
Hans Selye, ahli
endokrinologi terkenal di awal 1930, tidak semua jenis stres yang merugikan,
dengan demikian, ia datang dengan eustress
dan kesusahan. Kita semua melakukan menjalani ringan, saat-saat singkat dan
dikendalikan dari ketegangan saraf yang dianggap umum, dan bertindak sebagai
rangsangan positif terhadap pertumbuhan seseorang intelektual dan emosional.
Selye disebut eustress ini. Ia didefinisikan distres menjadi sesuatu yang
sebaliknya dan ditandai dengan tekanan fisik dan psikologis yang parah yang mengganggu
kesehatan umum.
Efek
fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
-
Nyeri dada
-
Insomnia atau tidur masalah
-
Nyeri kepala Konstan
-
Hipertensi
-
Tukak
Stres
dikatakan menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit
tertentu, atau mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti
merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat
kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah
masalah kesehatan.
2. Tipe – tipe stress
1. Tekanan (pressures)
Tekanan
terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong
individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah
sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada
setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan
bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan
internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen
personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus
dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan
hidup.
2. Frustasi
Frustasi
dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat
hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan.
Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang
mengancam, seperti misalnya timbul
reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3. Konflik
Konflik
terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua
atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda
dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a. Approach – approach conflict,
terjadi apabila individu harus satu diantara
dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit
menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan.
Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak
diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan
pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang
hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di
sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya
nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak
tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki
konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa
tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau
suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena
khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya
kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas
dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.
4.
Kecemasan
Kecemasan
adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah
seperti “Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang
kita alami pada tingkatan yang berbeda-beda (dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang
yang mengalami gangguan kecemasan dilanda ketidakmampuan menghadapi perasaan
cemas yang kronis dan intens, perasaan tersebut sangat kuat sehingga mereka
tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal: Perspektif Klinisi pada Gangguan Psikologis,
Richard P.Halgin dan Susan Krauss, 2010). Contohnya adalah seorang wanita yang
berjalan sendirian pada malam hari di tempat yang sepi, dengan cahaya yang
remang-remang secara otomatis ia akan merasa takut yang luar biasa bahkan
mungkin tingkat kecemasannya menjadi tinggi, karena ia berfikir (biasanya) di
malam hari, di temapat yang sepi dapat dijumpai hantu, penjahat dll. Karena
fikirannya yang berhalusinasi maka ia akan merasa sangat ketakutan.
3.
Symptom reducing responses terhadap stress
Respon terhadap stres
Defense
mechanism
1.
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada
masalah. Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a.
Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah
Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang
digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b.
Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus
untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap
situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian
defensif.
2.
Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 :
567):
a.
strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut
dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang
ditimbulkannya secara langsung
b.
strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres.
Menurut Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang menggunakan strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia lebih tua, lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial yang dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar mudah merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis, dan telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya selama tahun sebelumnya.
Menurut Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang menggunakan strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia lebih tua, lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial yang dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar mudah merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis, dan telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya selama tahun sebelumnya.
3. Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri.
Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri.
Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).
4. Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.
5. Berbagai strategi penanganan stres
Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
4.
Pendekatan
problem solving terhadap stress
Strategi
koping yang spontan mengatasi stres
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Kita
mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat stress itu). Misalnya, kita
stress karena menderita suatu penyakit, maka kita menyelesaikan masalah dengan
berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa juga dengan mengusahakan
agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi (bila situasinya
sendiri tidak bisa dirubah).
Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, dan Beverly
Greene. 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Munandar,
Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri
dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Siswanto.
2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan
dan Perkembangannya. Ed.,I.
Yogyakarta: ANDI.
Atkinson,
Rita L., Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard. 1983. Pengantar Psikologi.
Editor: Nurdjannah Taufiq-Agus Dharma. Edisi VIII. Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar